Langsung ke konten utama

Kisah Lelaki Tua di Desa Kecil

 

Tersebutlah kisah seorang lelaki tua, hidup di sebuah desa terpencil, ia orang yang paling menyedihkan sekaligus menjengkelkan di desa. Sampai-sampai penduduk desa merasa bosan terhadapnya, karena terus menerus berwajah sedih dan berfrustasi. Tak pernah berhenti mengeluh dan mengumpat, tiada hari yang ia lalui tanpa kesedihan dan kegundahan.

Parahnya, semakin bertambah usia semakin bertambah pula pesimis dan umpatan-umpatan buruk yang keluar dari mulutnya. Hal ini membuat para penduduk desa berusaha untuk menjaga jarak dan menjauh sebisa mungkin, karena sikap buruk lelaki tua itu ternyata menjangkit pula pada orang yang dekat-dekat dengannya.

Adalah mustahil orang yang dekat dengannya mampu menjaga kebahagian mereka, lelaki tua itu selalu menularkan rasa kesedihan dan pesimisme pada siapa saja yang ada di dekatnya.

Hingga tiba pada suatu hari, tepat saat lelaki itu memasuki usia 80 tahun, terjadi sesuatu yang gharib. Mulailah tersebar berita ajaib tentang dirinya sampai ke sudut-sudut rumah penduduk kampung.

“lelaki tua itu bahagia hari ini!, ia tidak lagi mengumpat!”

“sebuah senyuman terukir di wajahnya, bahkan riak mukanya mulai bersinar dan benar-benar berubah!”

Para penduduk desa berkumpul di depan rumah lelaki tua, penuh dengan tanda tanya;

"Apa yang terjadi padamu, wahai paman?"

Di sini ia berkata:

“Tak ada hal penting yang terjadi, aku telah menghabiskan 80 tahun mengejar kebahagiaan tanpa henti, kemudian aku putuskan untuk berhenti mengejarnya, menikmati sisa-sisa usia ini, karena itulah aku bahagia sekarang”

Jangan kejar kebahagiaan, nikmatilah hidup yang ada saat ini

Komentar

Postingan Terpopuler

Tsaqafah Islamiah, Pengertian Dan Pemahamannya (1)

Pengertian Tsaqafah Saat Berdiri Sendiri dan Saat Disandarkan Pada Kata Lain Hari ini kata tsaqafah banyak digunakan dalam berbagai bidang dan studi, baik itu berbicara, menulis, ceramah-ceramah maupun seminar-seminar, sehingga tidak jarang kita mendengar orang-orang mengatakan “sifulan orang yang memiliki tsaqafah” dan “sifulan tidak memiliki tsaqafah” dan lain sebagainya. Juga sering kita mendengar orang mengatakan tsaqafah islamiah dan tsaqafah barat, lantas apakah sebenarnya definisi tsaqafah itu?

Bentuk Ungkapan Bermakna Wajib dalam Ushul Fiqh (3)

Dalam ushul fiqh, hukum terbagi menjadi lima macam; wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Pada tulisan ini, kita akan memaparkan lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang bentuk-bentuk ungkapan yang mengandung makna wajib dalam nash-nash Al-Quran dan Sunnah. Untuk melihat tulisan  sebelumnya kamu bisa mengunjungi  di sini 6. Diantara lafaz yang mengandung makna wajib dalam dalil-dalil syar’I, adalah lafaz “ له عليك فعل كذا ”. Makna kalimat tersebut secara letterlijk berarti “wajib atasmu untuknya melakukan ini atau itu”. Apa bila kita menemui dalam nash lafaz yang bentuknya seperti itu maka lafaz itu mengandung makna wajib pada asalnya,kecuali ada qarinah lain yang membuat maknanya menjadi selain itu. Contoh nash yang mengandung bentuk lafaz seperti itu adalah firman Allah : وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلً “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan...