Tersebutlah kisah ada empat orang mahasiswa, mereka menghabiskan malam dengan pesta dan bersenang-senang. Padahal besok adalah hari ujian di kampus, mereka tidak sedikitpun mempersiapkan diri untuk itu.
Pagi harinya mereka sepakat untuk membuat perencanaan yang "cerdas", melumuri diri mereka dengan lumpur dan langsung mendatangi ketua prodi kampus.
"Mohon maaf pak, semalam kami pergi ke pesta pernikahan, di jalan pulang tiba-tiba salah satu ban mobil kami pecah, jadi kami mendorong mobil sepanjang jalan pak." kata salah seorang dari mereka.
"Untuk itu kami memohon kebaikan hati bapak, agar diizinkan untuk mengikuti ujian di kesempatan lain. saat ini kami belum siap pak." lanjutnya.
Pak ketua prodi berpikir sejenak, kemudian ia menyetujui agar ujian mereka ditunda selama tiga hari. Para pemuda itu berterima kasih dan berjanji akan mempersiapkan ujian dengan semaksimal mungkin.
Pada waktu yang sudah disepakati, mereka datang ke ruang ujian dengan persiapan yang matang. Ketua prodi tiba-tiba mengabari bahwa, melihat kondisi ujian ini bersifat khusus maka masing-masing mereka akan dimasukkan pada ruangan terpisah.
Tidak ada yang menolak ketentuan itu, karena mereka benar-benar sudah siap mengikuti ujian.
Ternyata soal ujiannya hanya ada dua saja;
soal pertama, "siapa namamu?" (nilainya 1)
soal kedua, "Roda sebelah mana yang pecah pada hari pernikahan itu?" (nilainya 99)
Pelajarannya, jika dusta itu menyelamatkan maka kejujuran lebih menyelamatkan lagi. Tanggunglah konsekuensi perbuatan dan ucapanmu, jika tidak kamu akan mendapatkan pelajaran yang keras.
Komentar